Selaras

Banyak yang meyakini kalau self talk sangat berdampak pada kehidupan. Meski tak sedikit yang meragukan kebenarannya. Saya termasuk kelompok yang pertama. Lalu pertanyaannya, kenapa ada orang yang sering melakukan self talk tetapi ia tidak berhasil?

Tanyakan jawabnya pada hati. Ketika kita melakukan self talk, telisik lebih dalam, apakah ada ‘bisikan lain’ dari hati? Saat kita menyuntikkan energi positif kata-kata ke dalam pikiran, adakah celetuk sinis dari hati?

Ketika kita bilang, “Aku rajin!”

Hati kecil kita bilang dengan sinisnya, “Rajin apanya?”

Dan saat kita berkata, “Aku mau menghafal sekian juz dalam waktu setahun.”

Hati tiba-tiba menampik, “Emang bisa? Emang menghafal semudah itu?”

Dan seperti itu selanjutnya.

Penghalang adalah diri sendiri. Kesalahannya, kita belum dapat mengondisikan hati. Energi negatif lebih cepat berpengaruh pada pikiran dibanding yang positif. Kira-kira, itu sebabnya mengapa ada self talk yang tidak berhasil.

***

Hal ini juga menjelaskan, mengapa kadang apa yang diucapkan malah berkebalikan dengan kenyataan. Ketika bibir berucap, “Aku nggak bisa begini.” Sementara hati merasa sebaliknya, “Sebenernya aku bisa, kok.”

Maka, hasil yang dicapai sesuai dengan perkataan hati. Sebab itu, jangan heran bila ada orang yang dari lisannya sering terdengar keluhan, sementara hasil yang didapat cemerlang.

Hal seperti ini –merendah untuk meninggi kata teman saya– dibahas Freud dalam teori defense mechanism– nya.

***

Sementara menurut saya, hal-hal yang berkebalikan dengan ucapan terjadi karena banyak orang yang belum dapat menyelaraskan antara ucapan dan kata hati.

Dampak dari perkataan yang diucapkan tanpa hati tentunya akan berbeda dengan kalimat yang diucapkan dengan penuh keyakinan.

Seperti syahadat yang mampu memutar balik kehidupan Mush’ab bin Umair, yang tadinya seorang pemuda kaya nan gaya, tetapi di saat wafatnya, bahkan tidak diketemukan kain kafan yang mampu menutupi seluruh jasadnya.

Selayaknya ucapan Ibrahim dengan keyakinan menghujam pada kuasa Rabbnya. “Hasbiyallah wa ni’mal wakiil…” Kalimat sempurna yang terucap dengan seluruh keyakinan berhasil menjadikan panasnya api terasa sejuk di kulit Ibrahim.

***

Setelah menuliskan ini, saya termenung. Adakah janji yang terucap tiap pertemuan denganNya telah selaras dengan keinginan hati?

Wa asiiruu qaulakum awijharuu bihi innahu ‘aliimun bidzaatis shuduur

Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha mengetahui segala isi hati (67:13)

2 thoughts on “Selaras

Tinggalkan Balasan ke ayujembarsari Batalkan balasan